Sunday, 21 June 2015

Cipera - Masakan Khas Karo

Cipera adalah masakan khas Suku Karo dari Sumatera Utara yang terbuat dari bahan dasar daging ayam kampung dan tepung jagung. Potongan daging ayam kampung kemudian dimasak dengan tepung jagung hingga empuk dan berkuah kental. Agar menghasilkan kuah yang lebih kental, maka tepung jagung yang digunakan harus dari bulir tua dan disangrai dan telah ditumbuk hingga halus.


Selain berbahan dasar utama berupa daging ayam kampung dan tepung jagung, cipera juga memiliki bahan-bahan lainnya, seperti Jamur merang, serta bumbu-bumbu dapur lainnya, berupa seari, asam cekala, tomat, cabai, daun seledri, bawang merah dan lain sebagainya.
Keberadaan cipera sendiri banyak dihidangkan pada perayaan pesta adat Karo. Selain itu cipera juga dapat ditemukan dengan mudah diberbagai rumah makan yang ada di Kabanjahe, Berastagi dan Juga di Medan (Rumah Makan 699).

Pagit - Pagit atau Trites

Pagit-pagit adalah makanan khas Suku Karo di Sumatera Utara, Indonesia. Bahan utama makanan ini adalah isi perut (rumput yang separuh dicerna) rusa, kambing, sapi atau kerbau sebelum mengalami proses pemamahbiakan selanjutnya. Bahan tersebut kemudian dimasak bersama rempah-rempah, santan, takokak dan daun tapioka atau daging sebagai kuahnya.



Cara Pembuatan Pagit Pagit
Rumput yang digunakan adalah rumput yang akan dimamah untuk kedua kalinya oleh hewan tersebut. Rumput yang dijadikan bahan utama pembuatan pagit-pagit ini diambil langsung dari lambung sapi. Saat sapi telah disembelih, maka rumput yang terdapat pada lambung sapi tersebut dikeluarkan kemudian diolah. Tidak semua orang dapat mengolah bahan utama ini dengan baik, karena tidak jarang pengolahan yang tidak baik akan menyebabkan pagit-pagit berbau amis.
Rumput yang telah berbentuk ekstrak tersebut diambil dari lambung sapi dan dihaluskan, diperas, dan direbus untuk menghasilkan kaldu. Kaldu ini diperoleh setelah 3-6 jam perebusan. Ada beberapa orang yang mencampurnya dengan susu kental manis untuk menghilangkan bau. Warna kaldu yang dihasilkan tidaklah seperti kaldu kebanyakan, melainkan berwarna hijau kecoklat-cokelatan. Warna ini berasal dari rumput yang telah dimamah oleh sapi. Setelah kaldu dihasilkan, maka bahan-bahan seperti kikil, daging sapi atau kerbau dimasukkan dan diolah bersama bumbu-bumbu khas lainnya, seperti serai, jahe, asam yang cukup banyak, rimbang dan daun-daunan, seperti daun singkong.